Masyarakat dan budaya merupakan dua mata sisi yang tidak
dapat dipisahkan, suatu masyarakat walaupun sangat sederhana akan mengembangkan
budaya sebagai acuan dalam menanggapi lingkungannya, dengan demikian tanpa
masyarakat, budaya tidak akan pernah ada.
Begitu pula dalam
suatu organisasi atau lembaga, budaya memiliki fungsi yang sangat penting. Budaya menciptakan perbedaan yang jelas
antara suatu organisasi dengan organisasi lain, memberikan identitas ke
anggota-anggota, mempermudah timbulnya komitmen pada sesuatu yang lebih luas
daripada kepentingan diri pribadi seseorang dan meningkatkan kemantapan sistem sosial. Budaya juga dapat dikatakan berfungsi sebagai
pedoman bagi para karyawan dalam bersikap dan berperilaku.
Stephen P. Robbins (2003:726)
menyatakan bahwa :
“Secara alami budaya sukar dipahami, tidak
berwujud, implisit, dan diterima apa adanya.
Tetapi semua organisasi mengembangkan seperangkat inti asumsi,
pemahaman, dan aturan yang mengatur perilaku sehari-hari dalam tempat
kerja. Sebelum masuk karyawan harus
mempelajari terlebih dahulu aturan-aturan itu agar dapat diterima dengan baik
sebagai anggota penuh organisasi tersebut”.
Organisasi dengan budaya
memiliki keterkaitan yang sangat erat. Tanpa
adanya budaya, organisasi tidak akan berkembang dengan baik karena budaya
memiliki peran yang strategis terhadap kesuksesan organisasi. Saat ini budaya organisasi telah menjadi
konsep penting dalam memahami suatu organisasi atau lembaga.
Simon (1999:52) menyatakan
bahwa, “Organisasi adalah sebagai kerangka struktur dimana pekerjaan dari
beberapa orang diselenggarakan untuk mewujudkan suatu tujuan bersama”. Organisasi dicirikan oleh perilakunya yang
terarah pada tujuan. Tujuan dan sasaran
organisasi dapat dicapai lebih efisien dan efektif melalui tindakan-tindakan
individu dan kelompok yang diselenggarakan dengan persetujuan bersama. Organisasi juga menciptakan lingkungan dimana
sebagian besar pegawai menghabiskan waktunya untuk melaksanakan tugas dan
kewajiban. Oleh sebab itu, organisasi mempunyai pengaruh besar atas
perilaku pegawainya. Organisasi
terbentuk dari kumpulan individu yang berbeda baik sifat, karakter, keahlian,
pendidikan, dan latar belakang pengalaman dalam hidupnya, perlu ada pengakuan
pandangan yang akan berguna untuk pencapaian misi dan tujuan organisasi
tersebut.
Organisasi itu memiliki suatu
kepribadian yang disebut budaya organisasi.
Suatu organisasi atau lembaga baik itu lembaga milik pemerintah ataupun
lembaga swasta di dalamnya pasti terdapat suatu budaya organisasi, meskipun
pada organisasi-organisasi tertentu mudah diidentifikasi dan mempunyai banyak
pengaruh baik terhadap personalia maupun konsumen atau pelanggan daripada yang
lain.
Budaya organisasi merujuk pada
suatu sistem pengertian yang diterima secara bersama-sama oleh anggota-anggota
yang mana membedakan organisasi itu dari organisasi-organisasi lain. Setiap organisasi terdapat pola mengenai
kepercayaan, mitos, ritual serta praktek-praktek yang telah berkembang sejak
beberapa lama. Kesemuanya itu pada
gilirannya akan menciptakan pemahaman yang sama di antara para anggota mengenai
bagaimana sebenarnya anggota itu dan bagaimana anggotanya harus berperilaku.
Stephen P. Robbins (2003:721)
menyatakan :
“Budaya organisasi merupakan seperangkat
karakteristik utama yang dihargai oleh organisasi itu. Setiap karakteristik tersebut berada pada
kontinum dari rendah ke tinggi. Dengan
demikian, budaya organisasi menjadi dasar bagi perasaan pemahaman bersama yang
dimiliki pada anggota mengenai organisasi, cara penyelesaian urusan di dalamnya,
dan cara para anggota diharapkan berperilaku”.
Budaya organisasi bertujuan
untuk menentukan dan memberikan suatu arah kepada pegawainya mengenai apa yang
boleh dan tidak boleh di lakukan, mengalokasikan sumber daya dan memanfaatkan
sumber daya organisasional serta sebagai alat untuk menghadapi masalah baik
internal seperti perselisihan pendapat antara atasan dengan bawahan atau antar
rekan sekerja yang akan memicu terjadinya konflik maupun masalah eksternal
seperti keluhan dari masyarakat terhadap pelayanan yang diberikan oleh pegawai. Para pegawai diharapkan mampu mengatasi
segala permasalahan yang terjadi dalam organisasi atau lembaga tersebut mulai
dari menggagas, merumuskan, menganalisis dan menguraikan masalah tersebut dalam
budaya organisasi.
Selain budaya organisasi, faktor
penting dalam kesuksesan suatu organisasi atau lembaga adalah pegawai atau
tenaga kerja. Sumber Daya Manusia (SDM)
merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam suatu organisasi atau lembaga
dalam mencapai tujuannya, di samping faktor lainnya seperti money, methode,
materials, machines dan market. Sumber
Daya Manusia menurut Simanjuntak (1998:1) bahwa:
“Sumber Daya Manusia atau Human Resourses
mengandung pengertian manusia yang mampu bekerja untuk memberikan jasa pada
usaha kerja. Sumber Daya Manusia (SDM)
di dalam organisasi diperlukan dalam bentuk ketegasan dari organisasi yang
dituangkan dalam bentuk budaya kerja yang akan mencerminkan spesifikasi dan
karakter organisasi tersebut”.
Budaya kerja ini akan menjadi
milik dan pedoman bagi seluruh pegawai yang ada di dalam organisasi tersebut
dalam menjalankan tugasnya. Pegawai publik
di dorong untuk selalu memberikan perhatiannya terhadap pengembangan kemampuan
kerja mereka terutama dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Sebagai abdi negara sering kali pegawai
sektor publik lebih berorientasi pada pimpinannya. Bentuk pengabdian yang diberikan tidak kepada
rakyat namun pada pimpinan di atasnya. Para
pegawai diharapkan tidak sekedar bekerja untuk mencari nafkah, namun untuk mengembangkan
diri dan melaksanakan tugasnya sebagai abdi negara yang memberikan pelayanan
kepada masyarakat sesuai dengan kebutuhannya.
Oleh karena itu, keinginan untuk menggapai prestasi yang tinggi akan
menghantarkannya pada upaya meningkatkan kualitas kerja, sehingga kinerja dari
para pegawai publik menjadi lebih baik. Melalui
kinerja yang baik dari para pegawai publik diharapkan dapat mengembangkan
organisasi atau lembaga tersebut ke arah yang lebih maju.
Budaya organisasi dengan
sukses gagalnya kinerja suatu organisasi memiliki hubungan yang erat. Kedua hal ini saling mempengaruhi satu dengan
yang lain. Andreas Lako dalam Handoko (2004:110)
menyatakan bahwa “Budaya organisasi merupakan faktor penentu utama terhadap
kesuksesan kinerja suatu organisasi atau lembaga”. Seperti telah disebutkan sebelumnya, bahwa
selain budaya organisasi faktor lain
yang menentukan berhasil atau tidaknya kinerja suatu organisasi adalah
karyawan. Karyawan publik dituntut untuk
dapat meningkatkan kinerjanya agar organisasi atau lembaga tempat mereka
bekerja mampu tumbuh dan berkembang secara berkelanjutan. Namun, pada kenyataannya banyak organisasi
atau lembaga yang kurang memperhatikan peran strategis dari budaya organisasi,
sehingga budaya organisasi kurang dipahami oleh sebagian besar anggota
organisasi.