Sabtu, 17 April 2010

Kebangkitan Pertumbuhan Ekonomi Regional Di Asia Timur Pasca Krisis Global

Regionalisme Ekonomi Asia Timur

Dalam pemahaman yang populer, regionalisme ekonomi adalah suatu kecenderungan yang dianut sekelompok perekonomian regional secara geografis untuk mencapai integrasi ekonomi kawasan (regional). regionaisme Asia Timur, bersama sama membangun "dunia yang lain yang layak" (another world is possible) dalam arti "sistem ekonomi yang lebih bersifat partisipatif" (misi WSF=World Social Forum yang bukan World Economic Forum).Dan, ide baru ini lebih wajar dibangun melalui regionalisme dan untuk Asia Timur, regionalisme Asia Timur. Hal yang dimaksudkannya sebagai Asia Timur adalah "ASEAN Plus Three" atau sepuluh negara anggota Perhimpunan Bangsa Asia Tenggara, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, Myanmar, Laos, Vietnam, Brunei Darussalam, dan Kamboja ditambah Jepang, China dan Korea Selatan.
Makin meningkatnya pertumbuhan tersebut digerakkan oleh perluasan ekonomi Cina yang makin kuat, bangkitnya beberapa Negara Industri Baru Asia, dan percepatan pertumbuhan ASEAN 5 (Thailand, Malaysia, Indonesia, Filipina dan Vietnam) merupakan modal tersendiri. Tingkat pertumbuhan Asia Timur secara keseluruhan untuk tahun 2007 adalah sekitar 6 persen.



Krisis Finansial Asia

Terpuruknya ekonomi Asia membuat sebagian kalangan mulai mempertanyakan ketangguhan strategi pertumbuhan yang didorong ekspor yang selama beberapa dekade terakhir menjadi faktor penting penopang pertumbuhan ekonomi tinggi Asia yang mencapai rata-rata di atas 7 persen per tahun.
Beberapa kalangan, seperti diangkat dalam laporan The Economist, mulai melemparkan pandangan mengenai perlunya Asia menggerakkan mesin pertumbuhan baru di luar ekspor, dengan lebih mengandalkan pada permintaan domestik, khususnya konsumsi.
Pandangan ini terutama dilatari kenyataan keterpurukan begitu dalam ekonomi Asia, bukan semata diakibatkan oleh menurunnya impor dari negara maju, seperti AS, Uni Eropa, atau Jepang, tetapi juga diperparah oleh lumpuhnya permintaan di kawasan Asia sendiri.
Semula diyakini, ekonomi Asia akan terselamatkan dari dampak krisis karena keterpurukan permintaan dari negara maju diperkirakan akan bisa dikompensasi oleh perdagangan intrakawasan yang beberapa tahun terakhir semakin berperan penting dalam sumbangan terhadap total ekspor Asia.Namun, hal itu tak terjadi. Yang terjadi, permintaan dari kawasan anjlok lebih dalam daripada permintaan dari negara maju. Impor China dari Asia, misalnya, anjlok hingga 30 persen. Ekspor Korea ke China turun sampai 46,4 persen pada Januari 2009, menyusul penurunan 33 persen pada Desember 2008. Menurut Jong Wha-Lee dari Bank Pembangunan Asia (ADB), selama ini orang tak melihat bahwa 60 persen permintaan akhir produk ekspor Asia masih datang dari negara maju Amerika Utara, Eropa, dan Jepang.
Sebelumnya, banyak kalangan, termasuk mantan pimpinan Bank Sentral AS (Federal Reserve) Alan Greenspan dan Direktur Pelaksana IMF Rodrigo Rato yakin krisis seperti krisis finansial 1997/1998 tak akan terjadi di Asia, terutama dengan kuatnya cadangan devisa, solidnya sektor keuangan dan perbankan, serta fundamental makroekonomi Asia.Namun, dengan memburuknya resesi ekonomi global, fundamental makroekonomi, keuangan dan sektor riil juga mulai terongrong. Sejumlah kalangan, termasuk ekonom Bank Dunia Andrew Burns, bahkan mengingatkan, kemungkinan negara-negara Asia dihadapkan pada kondisi seperti krisis finansial 1997/ 1998 dengan berkepanjangannya resesi di negara-negara maju.
Ada kekhawatiran, memburuknya kinerja sektor korporasi ini bisa merembet ke sektor perbankan, seperti pada kasus krisis finansial 1997/1998, mengingat karena pembiayaan usaha masih didominasi perbankan. Meski masih dalam batas wajar, gejala peningkatan kredit bermasalah perbankan (NPL) sudah terjadi, dengan NPL Januari 2009 meningkat menjadi 4,24 persen, dari bulan sebelumnya 4 persen.
Kesulitan perbankan mulai terlihat di sejumlah negara Asia Timur. Di China, Fitch melaporkan, melonjaknya kerugian operasional perbankan dengan kerugian akibat kredit bermasalah meningkat di atas 6 persen akhir tahun ini.



Pemulihan Awal Ekonomi Asia Timur

Kecepatan dalam hal pemulihan dan pertumbuhan ekonomi Asia Timur cukup eye-catchin. Salah satu alasannya adalah bahwa krisis keuangan global menghantui sebagian besar benua Amerika Serikat dan benua Eropa secara langsung dan dampak langsung pada Asia Timur lebih kecil daripada di dua daerah tersebut.
Dunia global khawatir tentang ekspor ke Amerika Serikat bisa menjadi konsumsi yang tidak menguntungkan, tapi benua Eropa Timur-lah yang paling parah terlukanya oleh penurunan konsumsi AS, bukan Asia Timur. Banyak hal kita tidak menyadari bahwa sebenarnya banyak perdagangan Asia Timur dengan Asia Timur, hal tersebut seperti dengan halnya mutiara di dalam lumpur yang belum keluar kepermukaan dan terjamah, di dalamnya ada kekuatan / potensi sumber yang sangat kuat untuk ekspor dan permintaan domestik di Asia Timur itu sendiri dan hal tersebut harus di kelola dengan bersama – sama dari semua Negara yang ada di Asia Timur ini. Tetapi ini bukan berarti bahwa Asia Timur terlepas dari seluruh dunia, serta bukan berarti bahwa Asia Timur putus atau keluar dari jalur perdagangan dunia global lainnya, justru kekuatan Asia timur ini bisa memperkuatan perdagangan global yang sudah ada.
Negara AS menuduhkan bahwa Asia merupakan biang krisis global ini sebagai menyebabkan atau penyakit global ke krisis keuangan global. Pada sebenarnya Asia surplus dalam perdagangan besar terhadap AS, seperti negara-negara produsen minyak dan Negara Jerman sebenarnya semua berjalan surplus dalam perdagangan besar terhadap AS, dengan kata lainnya sampai saat detik ini AS sebebarnya masih belum bisa keluar dari krisis perekonomian globalnya sendiri.
Jika dilihat dari mekanisme yang ada bahwa harus ada salah satu yang bertanggung jawab atas krisis global ini, maka AS harus mempercayai bahwa Asia bukan penyebab krisisnya perekonomian global ini, lalu kenapa AS harus berbicara juga tentang Negara Jerman dan negara-negara pengekspor minyak sebagai salah satu scenario penyebab terjadinya krisis global selama ini.
Pusat perekonomian dunia secara tidak langsung telah bertahap bergeser dari Amerika Serikat dan Eropa ke negara-negara berkembang seperti China dan India, di mana kecepatan pemulihan lebih cepat daripada negara-negara maju. Kalau kita boleh memprediksikan akan perkembangan ekonomi global akan meningkat 3 persen tahun ini dan 3 sampai 4 persen tahun depannya. Hal ini didukung oleh para ekonom global secara terus menerus memperingatkan untuk tidak menarik kembali ekspansi fiskal dan moneternya. Selain itu ketidakpastian, dasar-dasar ekonomi riil tetap yang belum konsisten di lakukan secara sungguh – sungguh oleh AS.



Kemajuan Ekonomi Di Asia Timur

Wilayah Asia Timur yang diwakili oleh tiga raksasanya yaitu China, Jepang dan Korea Selatan, merupakan sebuah negara yang menjadi sorotan negara-negara maju di dunia. Hal ini karena pertumbuhan ekonomi ketiga negara tersebut menunjukan angka yang signifikan dalam beberapa dekade terakhir ini.
China, Jepang dan Korea Selatan tumbuh menjadi raksasa ekonomi dunia dengan angka pertumbuhan ekonomi diatas 7% pertahun. Angka yang sulit dicapai oleh sebuah negara yang pernah hancur akibat perang dan kekacauan kondisi pemerintahan pada dekade 50-an.
Pertumbuhan ekonomi negara-negara di Asia Timur merupakan “Hal yang Unik” dan belum ada sebuah ‘kunci’ yang pasti yang dapat menjelaskan faktor apa yang menyebabkan negara di Asia Timur itu dapat menjadi negara berkembang yang paling berhasil. Tetapi jika dilihat lebih jauh, ada beberapa faktor yang mempengaruhi perekonomian negara Asia Timur.
Faktor itu adalah faktor eksogen dan yang kedua adalah pemerintah. Faktor yang pertama itu merupakan faktor-faktor penunjang perekonomian suatu negara seperti ketesediaan sumber daya alam, sumber daya manusia, negara di wilayah Asia Timur dapat memanfaatkan segala apa yang ada di dalam negaranya untuk kemajuan negara. Hal ini tentunya didukung dengan kebijakan-kebijakan pemerintah dalam hal ekoomi. Pemerintah memiliki visi dan misi perekonomian yang jelas yang bisa di mengerti oleh para pelaku ekonomi di setiap negara di Asia Timur. Sehingga program kebijakan ekonomi yang pemerintah buat tepat sasaran dan dapat diaplikasikan oleh para pelaku ekonomi sebagai sebuah tujuan dalam kegiatan ekonomi.
Tetapi jika dilihat negara lain pun memiliki faktor endogen yang justru lebih menguntungkan dari pada negara di Asia Timur, tetapi faktor penting yang tidak bisa dilepaskan adalah faktor budaya masyarakat di Asia Timur. Masyarakat yang memiliki karakteristik ulet, perilaku masyarakat yang tidak kondumtif, mampu memanfaatkan peluang, dan memegang teguh tradisi merupakan modal emas bagi pertumbuhan negara-negara di Asia Timur. Hal ini menjadi faktor pendorong dan pelengkap bagi faktor yang sudah ada di dalam negara itu sendiri.
Singkat kata, kemajuan ekonomi di negara-negara Asia Timur ini karena adanya sebuah kesesuaian antara faktor-faktor pendukung ekonomi, yaitu sistem ekonomi pasar, faktor eksogen, pemerintah dengan budaya masyarakatnya. Kedua hal tadi dilengkapi dengan budaya masyarakat di Asia Timur yang cenderung ulet.

1 komentar:

  1. BetRivers Casino - Mapyro
    BetRivers 계룡 출장샵 Casino is a Native 전주 출장안마 American Casino in Las Vegas, 원주 출장샵 Nevada and is open 서산 출장안마 daily 24 hours. The casino 공주 출장안마 is owned and operated by John Mulaney.

    BalasHapus